Perang Suci Dalam Hinduisme

Perang Suci Hindu (atau Hindu Dharma) adalah kata yang biasa dipakai bagi perang suci, di Bhagawadgita (kitab suci Hindu). Makna sebenarnya dari Perang Suci Hindu adalah berjuang demi kebenaran, membela diri atau melawan penindasan.

Makna Sebenarnya Dari Perang Suci Hindu

Arti sebenarnya dari Perang Suci Hindu. Seluruh agama-agama besar dunia telah menetapkan tentang perang, pada suatu waktu tertentu atau lainnya, terutama untuk membela diri atau untuk melawan penindasan. Hal ini disebutkan dalam kitab Bhagawadgita, Mahabharata adalah suatu kumpulan syair kepahlawanan dan Kitab Suci Hindu, yang sebagian besar isinya bercerita tentang peperangan antar sepupu, Pandawa dan Kurawa. Dalam medan perang Arjuna memilih untuk tidak melawan dan dibunuh daripada mendapatkan hati nuraninya dibebani dengan pembunuhan keluarganya sendiri. Pada saat itulah, Sri Krishna (Dewa Hindu) menasehati Arjuna di medan perang dan nasehat ini tercantum dalam Bhagawadgita (bab 1 dan 2).

Perang Suci Dalam Kitab Bhagawadgita Bab 1

Terdapat beberapa ayat dalam Bhagawadgita dimana Sri Krishna menasehati Arjuna agar melawan dan membunuh musuh meskipun mereka adalah kerabatnya sendiri. Hal ini disebutkan dalam Bhagawadgita Bab 1 ayat 43-46.

“Utsanna-kula-dharmāṇāḿ manuṣyāṇāḿ janārdana narake niyataḿ vāso bhavatīty anuśuśruma”

“Wahai Krishna, pemelihara ummat, kami telah mendengar pengajaran yang diwariskan bahwa barang siapa menghancurkan tradisi keluarga, (mereka) akan selalu ditempatkan dalam neraka”. (Bhagawadgita 1.43)

“Aho bata mahat pāpaḿ kartuḿ vyavasitā vayam yad rājya-sukha-lobhena hantuḿ sva-janam udyatāḥ”.

“Aduh, Betapa dahsyat yang harus kami pikul dengan melakukan dosa besar. Dikendalikan hawa nafsu menikmati kesenangan mewah, kami asyik membunuh sanak-keluarga kami sendiri”. (Bhagawadgita 1.44)

“Yadi mām apratīkāram aśastraḿ śastra-pāṇayaḥ dhārtarāṣṭrā raṇe hanyus tan me kṣemataraḿ bhavet”

“Lebih baik bagiku jika putra-putra Dhristarastra, dengan senjata ditangan (mereka), membunuhku dan tak akan kulawan (mereka) dalam medan perang.” (Bhagawadgita 1.45)

“Sañjaya uvāca evam uktvārjunaḥ sańkhye rathopastha upāviśat visṛjya sa-śaraḿ cāpaḿ śoka-saḿvigna-mānasaḥ”.

“Sanjaya berkata: Arjuna, setelah mengatakan itu di medan perang, menyingkirkan busur dan anak panah dan duduk di kereta perang, pikirannya diliputi kesedihan”. (Bhagawadgita 1.46)


Perang Suci Dalam Kitab Bhagawadgita Bab 2

Sri Krishna menjawab dengan jelas dalam Bhagawadgita Bab 2 Ayat 2 dan 3

“Srī-bhagavān uvāca kutas tvā kaśmalam idaḿ viṣame samupasthitam anārya-juṣṭam asvargyam akīrti-karam arjuna”.

“Sri Krishna berkata: Arjuna yang Kukasihi, bagaimana (pikiran) kotor ini menimpamu? Pikiranmu ini sama sekali tidak pantas bagi seorang yang mengerti nilai kehidupan. Ini tidak dapat membawamu ke surga namun kehinaan”. (Bhagawadgita 2.2)

“Klaibyaḿ mā sma gamaḥ pārtha naitat tvayy upapadyate kṣudraḿ hṛdaya-daurbalyaḿ tyaktvottiṣṭha parantapa”

“Wahai putera Pritha, jangan menyerah pada ketidakmampuan yang hina ini. Ini bukan (seperti) dirimu. Jangan menyerah pada ketidakmampuan yang hina ini dan kelemahan hati dan bangkitlah, wahai penghukum musuh” (Bhagawadgita 2.3)


Ketika Arjuna lebih suka dibunuh dengan tanpa senjata dan tanpa perlawanan daripada memerangi dan membunuh sepupunya Kurawa, Sri Krishna menjawab Arjuna dengan mengatakan: “Pikiran kotor yang telah datang kepadamu ini dapat mencegahmu dari masuk surga. Jangan menyerah pada ketidakmampuan yang hina ini dan kelemahan hati dan bangkitlah, wahai penakluk musuh”. Lebih lanjut Sri Krishna berkata dalam Bhagawadgita Bab 2 ayat 31-33.

“Sva-dharmam api cāvekṣya na vikampitum arhasi dharmyād dhi yuddhāc chreyo ‘nyat kṣatriyasya na vidyate”.

“Ingatlah kewajiban tertentu bagimu sebagai seorang Ksatria, kau harus tahu bahwa tidak ada keterlibatan yang lebih baik bagimu daripada berperang dengan kaidah-kaidah agama; dan maka dari itu tidak perlu ada keraguan”. (Bhagawadgita 2.31)

“Yadṛcchayā copapannaḿ svarga-dvāram apāvṛtam sukhinaḥ kṣatriyāḥ pārtha
labhante yuddham īdṛśam”.

“Wahai Partha, kebahagiaan para Ksatria bagi siapa yang ketika kesempatan berperang tiba tanpa dicari, terbuka bagi mereka pintu-pintu surga” (Bhagawadgita 2.32)

“Atha cet tvam imaḿ dharmyaḿ sańgrāmaḿ na kariṣyasi tataḥ sva-dharmaḿ kīrtiḿ ca hitvā pāpam avāpsyasi”.

“Namun, kalaupun kau tidak melaksanakan kewajiban agamamu yakni berperang, maka kau pasti akan menanggung dosa akibat mengabaikan kewajibanmu dan dengan demikian kehilangan nama baikmu sebagai seorang pejuang”. (Bhagawadgita 2.33)


 
Perintah Berperang Dalam Kitab Bhagawadgita Dan Qur'an

Saya bertanya-tanya kenapa para kritikus Islam, khususnya pengkritik dari kalangan Hindu, menunjuk jarinya pada Al-Qur'an ketika berbicara tentang pertempuran dan pembunuhan musuh dengan tidak adil (Jihad). Satu-satunya kemungkinan yang bisa saya pikirkan adalah bahwa mereka sendiri belum membaca kitab suci mereka seperti Bhagawadgita, Mahabharata dan Weda. Ada ratusan ayat dalam Bhagawadgita saja, yang mendorong pertempuran dan pembunuhan, berkali-kali lipat lebih banyak dibandingkan dengan ayat-ayat dalam Qur'an. Bayangkan jika ada seseorang yang mengatakan bahwa kitab Bhagawadgita mendorong pembunuhan terhadap anggota keluarga agar masuk surga, tanpa mengutip konteks -seperti perbuatan yang dirasuki iblis. Tetapi bila dibaca menurut konteks jika saya mengatakan bahwa demi kebenaran dan keadilan, berperang melawan kejahatan adalah wajib, bahkan jika itu melawan kerabat Anda, itu masuk akal. [11], [12]

Perbandingan Perintah Berperang Dalam Kitab Bhagawadgita Dan Hadits

Menurut Islam, "Allah menjamin bahwa Dia akan mengakui Mujahid di jalan-Nya masuk ke surga jika dia terbunuh, jika tidak (syahid), ia akan mengembalikannya selamat ke rumahnya dengan penghargaan dan rampasan perang". (Sahih Bukhari Jil. 4, Kitab Jihad Bab 2 Hadis Nomor 46)

Bhagawadgita menjamin seseorang masuk ke surga jika dia terbunuh saat berperang. Ambil contoh Bhagawadgita Bab 2 ayat 37

“Hato vā prāpsyasi svargaḿ jitvā vā bhokṣyase mahīm tasmād uttiṣṭha kaunteya yuddhāya kṛta-niścayaḥ”

"Wahai putra Kunti (Pandawa), barangsiapa diantara kalian yang akan tewas dalam medan perang dan akan menggapai planet-planet surga, atau kalian akan menaklukkan dan menikmati kerajaan dunia, karena itu bangkit dan lawanlah dengan semangat". (Bhagawadgita 2:37)

Perintah Berperang Dalam Kitab Regweda

Regweda jilid 1 Himne 132 Ayat 2-6 serta banyak ayat lain dari kitab suci Hindu yang berbicara tentang pertempuran dan pembunuhan. Lihat http://oaks.nvg.org/rv1c.html

Contoh Baik Perang Perjuangan Umat Hindu

Mahatma Gandhi Berjihad demi Kemerdekaan Salah satu dari orang terbesar dalam sejarah India yang tak terbantahkan Mahatma Gandhi. Cara beliau membentuk dan karakteristik perjuangan kemerdekaan India layak mendapatkan penghargaan yang tinggi. Dia mengorbankan hidupnya sendiri demi negaranya. Setelah melalui periode panjang perjuangan (Jihad) kemerdekaan semakin lebih giat dan bersemangat. Seluruh India bersatu bersama dalam gerakan kemerdekaan. Semua orang memberikan kontribusi apa yang mereka bisa lakukan dalam perjuangan kemerdekaan. Tangisan dari Purna Swaraj atau kemerdekaan penuh dilantangkan. Setelah banyak pengorbanan dan usaha, India merdeka pada 15 Agustus 1947.
Share on Google Plus

About General Chang Yuchun

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar