بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Pada
kesempatan kali ini saya akan mencoba membandingkan Al-Hadits sebagai sumber
hukum Kedua dalam Islam dengan Injil (Gospel) sebagai sumber hukum Utama
menurut umat Kristiani
Kenapa dengan
Hadits, karna kalo dengan Al-Quran, ga usah di bandingin, pasti sangat jauh
heee... :) Ok langsung aja...
1. Al-Hadits
Al-Hadits
adalah adalah perkataan dan perbuatan dari Nabi Muhammad. Hadits sebagai sumber
hukum dalam agama Islam memiliki kedudukan kedua pada tingkatan sumber hukum di
bawah Al-Qur’an.
Saya Ambil
contoh Hadits yang diriwayatkan Oleh Imam Al-Bukhari...
حَدَّثَنَا الْحُمَيْدِيُّ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الزُّبَيْرِ قَالَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ قَالَ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ الْأَنْصَارِيُّ قَالَ أَخْبَرَنِي مُحَمَّدُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ التَّيْمِيُّ أَنَّهُ سَمِعَ عَلْقَمَةَ بْنَ وَقَّاصٍ اللَّيْثِيَّ يَقُولُ سَمِعْتُ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَلَى الْمِنْبَرِ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُTelah menceritakan kepada kami Al Humaidi Abdullah bin Az Zubair dia berkata, Telah menceritakan kepada kami Sufyan yang berkata, bahwa Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Sa’id Al Anshari berkata, telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Ibrahim At Taimi, bahwa dia pernah mendengar Alqamah bin Waqash Al Laitsi berkata; saya pernah mendengar Umar bin Al Khaththab diatas mimbar berkata; saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى دُنْيَا يُصِيبُهَا أَوْ إِلَى امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ“Semua perbuatan tergantung niatnya, dan (balasan) bagi tiap-tiap orang (tergantung) apa yang diniatkan; Barangsiapa niat hijrahnya karena dunia yang ingin digapainya atau karena seorang perempuan yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya adalah kepada apa dia diniatkan” (HR. Bukhari)
Dari Hadits
di atas kita dapat membuat suatu bagan asal-muasal dari mana Imam Bukhari
mendapatkan Hadits tersebut.
Dengan
mengetahui dari mana Sanad (rantai penutur atau perawi atau periwayat) hadits,
maka Hadits bisa di klarifikasikan berdasarkan tingkat keaslian hadits.
a. Hadits Shahih, yakni tingkatan
tertinggi penerimaan pada suatu hadits. Hadits shahih memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
- Sanadnya
bersambung;
-
Diriwayatkan oleh penutur/perawi yg adil, memiliki sifat istiqomah, berakhlak
baik, tidak fasik, terjaga muruah (kehormatan)-nya, dan kuat ingatannya.
- Matannya
tidak mengandung kejanggalan/bertentangan (syadz) serta tidak ada sebab
tersembunyi atau tidak nyata yg mencacatkan hadits .
b. Hadits Hasan, bila hadits yang tersebut
sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh rawi yg adil namun tidak sempurna
ingatannya, serta matannya tidak syadz serta cacat.
c. Hadits Dhaif (lemah), ialah hadits yang
sanadnya tidak bersambung (dapat berupa mursal, mu’allaq, mudallas, munqati’
atau mu’dal) dan diriwayatkan oleh orang yang tidak adil atau tidak kuat
ingatannya, mengandung kejanggalan atau cacat.
d.
Hadits
Maudu’, bila hadits dicurigai palsu atau buatan karena
dalam sanadnya dijumpai penutur yang memiliki kemungkinan berdusta.
وَلَوْلاَ الإِسْنَادُ لَقَالَ مَنْ شَاءَ مَا شَاءَ
"Kalau bukan karena sanad maka setiap orang bisa saja mengatakan apa yang ia suka" (Imam Ibnul Mubarak Rahimahullah, Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Muqoddimah kitab Shahihnya 1/47 no:32 )
Pembagian
hadits ini sangat membantu kita untuk memilih dan memilah hadits yang akan kita
gunakan sebagai sumber hukum. (Selengkapnya baca “Dasar Ilmu Hadits”)
2. Alkitab (Bible) – Injil (Gospel)
Sekarang
mari kita bandingkan dengan Injil, yang konon katanya KITAB SUCI dari tuhan. Saya ambil contoh dari Injil Lukas,
pengakuan Lukas tentang darimana ia memperoleh “firman tuhan”...
(1) Teofilus yang mulia, Banyak orang telah berusaha menyusun suatu berita tentang peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara kita,(2) seperti yang disampaikan kepada kita oleh mereka, yang dari semula adalah saksi mata dan pelayan Firman.(3) Karena itu, setelah aku menyelidiki segala peristiwa itu dengan seksama dari asal mulanya, aku mengambil keputusan untuk membukukannya dengan teratur bagimu,(4) supaya engkau dapat mengetahui, bahwa segala sesuatu yang diajarkan kepadamu sungguh benar. [Lukas 1:1-4]
Coba kita
perhatikan, rupanya Lukas hanya mengumpulkan cerita-cerita yang konon katanya
menjadi saksi pada zaman Yesus. Maaf menurut saya Alkitab itu lebih tepat di
sebut KUMPULAN DONGENG bukan KITAB SUCI, kenapa? Karena isinya
memang cuma kumpulan cerita-cerita yang belum di ketahui kebenaran dan asal
muasalnya
Lukas
memang berkata sudah menyelidiki atau menyaring semua cerita, akan tetapi kita
tidak mengetahui bagaimana cara dia menyaring dan menelitinya, bahkan lebih
parah lagi tidak di ketahui dari mana asal muasal cerita itu siapa sumbernya
dan darimana asalnya, sungguh sangat Ironis, informasi seperti ini di jadikan
sebagai “KITAB SUCI”
Kemudian
mari kita perhatikan salah satu contoh hasil pencatatan Lukas dalam Injilnya
“Ketika Yesus memulai pekerjaan-Nya, Ia berumur kira-kira tiga puluh tahun dan menurut anggapan orang, Ia adalah anak Yusuf, anak Eli” (Lukas 3:23)
Coba kita
perhatikan, ayat di atas itu di tulis berdasarkan Inspirasi dan
modifikasi-modifikasi si penulis belaka yang ia dasarkan berdasarkan
asumsi-asumsi dan penilaian pribadi saja, dari pada sumber aslinya, berbeda
jauh dengan Hadits yang di tulis persis sebagai mana Nabi bersabda, sehingga
tidak mengherankan jika Menurut hasil penelitian 72 pakar Alkitab kaliber
international yang tergabung dalam “The Jesus Seminar” menyatakan...
“Eighty-two percent of the word ascribed to Jesus in the Gospels were not actually spoken Him”“82% kalimat yang katanya di ucapkan oleh Yesus di dalam Injil-Injil itu (Alkitab) sebenarnya tidak pernah disabdakan oleh Yesus”
Ini yang
berkata bukan orang Islam, tetapi orang Kristen sendiri yaitu 72 pakar Alkitab
Internasional
Semoga
pemaparan singkat ini menjadi menjadi bahan renungan bagi saudaraku kaum
nasrani sehingga menjadi sebab turunnya Hidayah Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Wallahua’lam :)
Blogger Comment