Biksu Nichiren berpesan dalam kitabnya...
"Sekali lagi, dalam Sutra Buddha Menyeberang ke Nirwana
(Mahayana Mahaparinirvana Sutra), dalam Bab Ketujuh Perbuatan Suci, Budha
bersabda: "Ketika Aku teringat tentang masa lalu, Aku pernah menjadi
penguasa suatu negara besar di dunia manusia, nama-Ku saat itu adalah Senyo.
Sebagai raja ini, Aku memandang (kitab suci) sutra dan ajaran wahana semesta
dengan rasa cinta dan rasa hormat yang mendalam, pikiran-Ku suci, baik dan
tanpa niat jahat, kekerasan, iri hati atau tanpa pikiran picik. Semua kalian
orang yang baik, pada waktu itu Aku menerima ajaran wahana semesta dengan
sangat serius. Ketika Aku mendapati para Brahmana (Hindu) memfitnah dan menjelekkan
ajaran kesamaan luas wahana semesta (Sutra Vaipulya), saat Aku mendengar
mereka, mereka Aku hukum mati di tempat. Semua kalian orang yang baik, sejak
saat ini dan seterusnya, karena sebab ini dan keadaan karma dari iman yang
tanpa keraguan, Aku tidak pernah jatuh ke dalam neraka”. Sekali lagi lebih
lanjut dalam sutra yang sama dikatakan, "Di masa lalu Tathagata (Budha)
memiliki hubungan darah untuk menjadi penguasa suatu bangsa, suatu jaman di
mana Ia mengamalkan ajaran Bodhisattva, ia juga menghukum mati sekelompok
Brahmana"
Kemudian di bagian yang sama dari sutra yang kita miliki
ini, "Ada
tiga kelompok pembunuhan, yang disebut: kekejian kecil, kekejian sedang dan
derajat yang paling keji mencabut nyawa. (Pembunuhan) keji paling kecil
termasuk dari membunuh belatung semut, hingga penyembelihan hewan. Ini tidak
termasuk pembantaian seorang Bodhisattva yang telah memilih untuk dilahirkan
sebagai hewan.
Penyebab dan keadaan dari tingkat kekejian kecil dalam
mencabut nyawa dapat menyebabkan dilahirkan kembali di alam neraka, hewan atau
setan-setan yang kelaparan. Tetapi harus diingat, mereka hanya akan harus
menderita dengan cara yang sesuai dengan tingkat kekejian kecil dalam mencabut
nyawa. Alasan untuk ini adalah, bahwa apa pun amal baik yang hewan mungkin
miliki, orang yang membunuhnya harus membayar dosa mencabut nyawanya.
Tingkat kekejian sedang dari pembunuhan termasuk pembunuhan
biasa seorang manusia biasa, hingga orang-orang yang telah mencapai tahap
wahana pribadi tidak harus terlahir kembali di dunia manusia tetapi di salah
satu langit di mana ada kontak fisik yang nyata, atau di mana hanya ada
aktivitas mental. Karma yang dihasilkan dari pelanggaran ini, adalah jatuh ke
dalam alam neraka, hewan atau setan-setan kelaparan di mana orang yang
melakukan kejahatan ini akan menderita siksaan yang sesuai dengan kategori
kekejian kelompok sedang..
Tingkat yang paling keji dari mencabut nyawa perbuatan dari
pembunuhan ayah bersama dengan pembunuhan seseorang yang telah mencapai pahala
besar dari wahana sendiri [arhant], atau orang yang telah terbangun oleh
pencapaian [yang telah memahami arti kehidupan, tetapi tidak semua rahasia S
(Jepang: Hyakushibutsu, Skt :. Pratyekabuddha)], atau bodhisattva yang [melalui
suatu amal kekekalan melalui kalpas yang tak terhitung banyaknya] telah
mencapai keadaan di mana tidak ada kemungkinan mundur. Pembunuh orang-orang
tersebut akan jatuh ke dalam neraka besar terus-menerus mengalami penderitaan.
Namun sepantasnya (bila) seseorang membunuh orang kafir yang
tak bisa bertaubat, mereka tidak akan termasuk ke dalam tiga tingkat (kekejian)
pencabutan nyawa yang baru saja Aku sebutkan. Semua kalian orang yang baik,
(karena) seluruh Brahmana (Hindu) adalah orang kafir yang tak bisa bertaubat
".
Blogger Comment